Melancong Nusantara dari Stasiun Solo Balapan
KERETA --Melakukan kunjungan wisata ke Jawa Tengah rasanya kurang lengkap kalau tidak mampir ke Kota Solo. Apalagi kalau sudah sampai di Yogyakarta, tinggal selangkah lagi singgah ke Solo atau Surakarta.
Tujuan wisata utama kota Solo adalah Keraton Surakarta, Pura Mangkunegaran, dan kampung-kampung batik serta pasar-pasar tradisionalnya. Ke tempat-tempat tersebut kita seakan dibawa ke suasana Jawa tempo dulu.
Objek wisata lainnya yakni Night Market Ngarsopuro, Mseum Batik Danar Hadi, Museum Radya Pustaka, dan Pasar Klewer.
Sebelum pulang, Anda juga bisa mencari oleh-oleh ataupun kulineran di Pecel Ndeso, Batik Semar, Nasi Liwet Keprabon, dan Serabi Notosuman.
Tunggu apa lagi? Melanconglah ke sana, dan bisa memulainya dari Stasiun Solo Balapan. Perjalanan dengan kereta api menambah kesan serta kenangan yang takkan terlupakan.
Stasiun Solo Balapan sendiri bisa menjadi tujuan wisata sejarah. Dikutip dari laman resmi PT KAI, stasiun ini dibangun oleh perusahaan kereta api swasta Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) bersamaan pembangunan jalur kereta api Kedungjati-Solo sepanjang 74 km dengan lebar jalur 1.435 mm.
Pada Kamis, 10 Februari 1870 Stasiun Solo Balapan diresmikan. Awalnya, stasiun ini bernama Stasiun Solo. Penggunaan nama Solo Balapan diduga karena tidak jauh dari lokasi stasiun terdapat race terrein (pacuan kuda) untuk balapan.
Peresmian Stasiun Solo Balapan juga membuka hubungan Semarang-Solo dengan jalur kereta api. Tercatat pada tahun 1872, NISM mengoperasikan dua kali perjalanan kereta api dari Solo-Semarang dan juga sebaliknya. Keberadaan kereta api memudahkan pengangkutan gula, tembakau, dan kopi dari daerah pedalaman ke pelabuhan di Semarang.
Seiring meningkatnya aktivitas pengangkutan di Stasiun Solo Balapan, kebutuhan ruang bangunan stasiun turut meningkat, sehingga pada tahun 1926 dilakukan renovasi stasiun. Renovasi tersebut dirancang oleh Ir.Thomas Karsten dengan memodernisasi stasiun dan mengadaptasi gaya yang sedang populer di Eropa dengan gaya arsitektur lokal.
Dalam kunjungannya ke Stasiun Solo Balapan tahun 1928, Gubernur Jenderal Hindia Belanda de Graeff menyatakan Stasiun Solo Balapan sebagai stasiun paling strategis di Solo.
Stasiun Solo Balapan telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya berdasarkan Keputusan Wali Kota Surakarta Nomor 646/1- R/1/2013 tahun 2013 dan terdaftar di Registrasi Nasional Cagar Budaya dengan nomor RNCB.20160908.02.001258.