Lokomotif Uap, Saksi Bisu dalam Sejarah Perjalanan Kereta Api (3): Lokomotif C12
JAKARTA -- Di balik kemajuan teknologi dan modernisasi perkeretaapian, terdapat warisan berharga yang terus hidup dalam sejarah KAI. Ialah lokomotif uap, saksi bisu dari masa lalu yang telah menjadi simbol ikonik dalam industri kereta api.
KAI memiliki sejarah panjang dalam penggunaan dan pelestarian lokomotif uap hingga saat ini. Selain menjadi bagian dari sejarah perkeretaapian, penampilan ikonik dan khas dari lokomotif uap juga memberikan daya tarik yang unik. Bagi kamu yang penasaran, berikut beberapa lokomotif uap yang telah dipreservasi KAI dan dalam keadaan aktif.
3. Lokomotif C12
Diproduksi tahun 1892-1902 oleh pabrik Hartmann (Jerman), lokomotif ini bertugas untuk dinas langsir atau lokomotif penarik kereta penumpang/barang pada rute jarak pendek dan datar di pulau Jawa.
Lokomotif C12 memiliki berat 31,3 ton dan panjang 8,575 meter dengan kecepatan layanan 45 km/jam, serta memiliki daya 360. Lokomotif dengan tekanan 10 atm ini memiliki daya tarik 4500 kg.
Dari 43 buah lokomotif C12, saat ini masih tersisa 3 buah, yaitu C12 06, C12 18 dan C12 40.
C12 06 (mulai operasional tahun 1895) dipajang di Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah (Jakarta). C12 40 (mulai operasional tahun 1891) dipajang di Indonesian Railway Museum Ambarawa (Jawa Tengah). C12 18 sendiri mulai operasional tahun 1896.
Pada tahun 2002, lokomotif C12 18 dibawa dari Cepu ke Ambarawa dalam kondisi rusak. Pada awal tahun 2006, mulai diperbaiki dan dirawat dengan teliti sehingga kondisinya pun semakin baik. Pada 3 Juni 2006, lokomotif C12 18 mulai dioperasionalkan setelah hampir 25 tahun dalam kondisi mati.
Pada bulan September 2009, atas permintaan dari Pemerintah Kota Solo, lokomotif uap C12 18 dipindah dari Ambarawa ke Solo untuk dijadikan sebagai penarik Kereta Api Wisata Jaladara dengan rute Purwosari-Solo Kota. (Bersambung)