Heritage: Stasiun Tanjung Karang, Riwayatmu Dulu (2-Habis)
JAKARTA -- Pada tahun 1913 bentuk awal bangunan dari Stasiun Tanjung Karang bisa dikatakan sangat sederhana. Bahan pembuat bangunan pada saat itu hanyalah bambu kayu dengan atap seng.
Pada saat itu, Stasiun Tanjung Karang lebih banyak digunakan sebagai kantor sementara dan stasiun untuk angkutan pegawai dan material dari Pelabuhan Panjang (pp).
Dalam perkembangannya atau tepatnya 1 tahun kemudian (1914), terjadi perubahan pada bentuk bangunan. Atap bangunan stasiun didominasi genting sebagai pengganti seng. Sedangkan, dinding masih lebih banyak menggunakan bahan dasar kayu. Pada bagian tersebut juga dibangun tiang-tiang bangunan yang terbuat dari kayu jati.
Tidak hanya itu, seperti dikutip dari laman resmi PT KAI, kai.id, bentuk bangunan Stasiun Tanjung Karang juga lebih megah karena ditambah dengan material batu yang berada pada sisi tengah stasiun. Kemudian setelah itu, renovasi bentuk bangunan stasiun masih tetap dilakukan meski tidak terlalu mencolok. Seperti yang dilakukan pada tahun 1927.
Di era Pemerintahan Presiden Soeharto yaitu tepatnya pada tahun 1988 renovasi stasiun kembali dilakukan. Kali ini renovasi dilakukan pada bagian utama bangunan stasiun yang berada di sisi tengah. Sedangkan, di bagian puncak atap yang berbentuk limas segi empat diubah sesuai dengan rumah adat khas Lampung.
Beberapa jendela peninggalan Belanda juga diganti dan mengalami perubahan bergaya era 90-an. Renovasi ini kemudian berlanjut pada 1990-1991. Di tahun ini renovasi dilakukan pada bagian kanopi peron yang awalnya adalah konstruksi berupa kayu jati yang dibangun 1914, diganti dengan atap besi dan tiang besi agar lebih tahan lama.