Home > Loko

Lokomotif Uap, Saksi Bisu dalam Sejarah Perjalanan Kereta Api (2): Lokomotif B51

Lokomotif B51 dulu digunakan untuk menarik kereta penumpang lokal di antaranya rute Tanah Abang Rangkasbitung Merak.
Ilustrasi kereta dengan lokomotif uap. (Foto: Humas PT KAI)
Ilustrasi kereta dengan lokomotif uap. (Foto: Humas PT KAI)

JAKARTA -- KAI memiliki sejarah panjang dalam penggunaan dan pelestarian lokomotif uap hingga saat ini. Selain menjadi bagian dari sejarah perkeretaapian, penampilan ikonik dan khas dari lokomotif uap juga memberikan daya tarik yang unik. Bagi kamu yang penasaran, berikut beberapa lokomotif uap yang telah dipreservasi KAI dan dalam keadaan aktif.

2. Lokomotif B51

Selain lokomotif uap B25 02 dan B25 03, di Ambarawa juga terdapat lokomotif B51 12 yang masih aktif. Perusahaan kereta api Staatsspoorwegen (SS) membeli lokomotif uap B51 sebanyak 44 buah dari 3 pabrik yang berbeda yaitu Hannoversche Maschinenbau AG atau yang lebih dikenal dengan nama Hanomag (Hannover, Jerman), Sachsische Maschinenfabrik atau yang lebih dikenal dengan Hartmann (Chemnitz, Jerman), dan Werkspoor (Amsterdam, Belanda). 44 lokomotif B51 didatangkan secara bertahap pada tahun 1900-1910.

Dahulu, Lokomotif B51 digunakan untuk menarik kereta penumpang lokal di rute Tanah Abang – Rangkasbitung – Merak, rute Kertosono – Madiun – Blitar dan rute Babat – Jombang. Untuk memenuhi kebutuhan transportasi kereta api di Sumatra Selatan, maka 5 lokomotif B51 milik SS dipindah dari Jawa ke Sumatra Selatan.

2. Lokomotif B51

Selain lokomotif uap B25 02 dan B25 03, di Ambarawa juga terdapat lokomotif B51 12 yang masih aktif. Perusahaan kereta api Staatsspoorwegen (SS) membeli lokomotif uap B51 sebanyak 44 buah dari 3 pabrik yang berbeda yaitu Hannoversche Maschinenbau AG atau yang lebih dikenal dengan nama Hanomag (Hannover, Jerman), Sachsische Maschinenfabrik atau yang lebih dikenal dengan Hartmann (Chemnitz, Jerman), dan Werkspoor (Amsterdam, Belanda). 44 lokomotif B51 didatangkan secara bertahap pada tahun 1900-1910.

Dahulu, Lokomotif B51 digunakan untuk menarik kereta penumpang lokal di rute Tanah Abang – Rangkasbitung – Merak, rute Kertosono – Madiun – Blitar dan rute Babat – Jombang. Untuk memenuhi kebutuhan transportasi kereta api di Sumatra Selatan, maka 5 lokomotif B51 milik SS dipindah dari Jawa ke Sumatra Selatan.

Pada masa pemerintah Jepang, 1 lokomotif B51 dipindah dari Jawa ke Sumatra untuk melayani jalur kereta api rute Muaro (Sumatra Barat) – Pekanbaru (Riau).

Lokomotif B51 menggunakan bahan bakar kayu jati dan didesain untuk dioperasikan di jalur datar. Lokomotif B51 memiliki daya 450 dengan kecepatan layanan 80 km/jam. Berat lokomotif ini sebesar 31,2 ton dan berat tender 20,6 ton. Dimensi Panjang 14,282 meter, lebar 2,5 meter dan tinggi 3,7 meter.

Walaupun sudah hampir 30 tahun lebih dalam keadaan mati namun kondisi ketel lokomotif B51 12 relatif masih baik. Sehingga kurun tahun 2011-2014 dilakukan resotorasi guna menarik rangkaian Kereta Wisata di Ambarawa.

Pada masa pemerintah Jepang, 1 lokomotif B51 dipindah dari Jawa ke Sumatra untuk melayani jalur kereta api rute Muaro (Sumatra Barat) – Pekanbaru (Riau).

Lokomotif B51 menggunakan bahan bakar kayu jati dan didesain untuk dioperasikan di jalur datar. Lokomotif B51 memiliki daya 450 dengan kecepatan layanan 80 km/jam. Berat lokomotif ini sebesar 31,2 ton dan berat tender 20,6 ton. Dimensi Panjang 14,282 meter, lebar 2,5 meter dan tinggi 3,7 meter.

Walaupun sudah hampir 30 tahun lebih dalam keadaan mati namun kondisi ketel lokomotif B51 12 relatif masih baik. Sehingga kurun tahun 2011-2014 dilakukan resotorasi guna menarik rangkaian Kereta Wisata di Ambarawa. (Bersambung)

× Image